Jumat, 12 Oktober 2012

China Dan AS Berebut Pengaruh Di Selat Malaka

Persaingan China dan Amerika Serikat semakin terlihat di Selat Malaka. Keduanya berusaha menunjukkan pengaruh di selat itu dengan berbagai cara. China lewat ekonomi, sementara Amerika Serikat lewat kekuatan militer.

China dipastikan menunjukkan pengaruh lewat penguasaan minyak. BUMN China, PetroChina dan Sinopec, mengoperasikan depo raksasa di kedua sisi selat paling penting itu. PetroChina mengoperasikan depo berkapasitas 12 juta barel di Jurong, Singapura, atau sisi utara Selat Malaka. Sementara Sinopec tengah membangun depo berkapasitas 16 juta barel di Batam, Indonesia, atau sisi selatan Selat Malaka.
Pembangunan depo Sinopec dimulai pada Rabu (10/10/2012) di Pulau Janda Berhias, Batam. Operator depo, PT West Point Terminal, dikuasai Sinopec dengan memiliki 95 persen sahamnya. Depo itu berkapasitas paling besar di Asia Tenggara.

Sementara itu, Amerika Serikat menunjukkan pengaruh lewat kekuatan militer. AS dipastikan menempatkan USS Freedom di Singapura selama 10 bulan mulai tahun depan. Dalam sejumlah pemberitaan disebutkan, kapal itu akan berpatroli di pesisir Asia Tenggara.

Dalam suatu kesempatan di Batam di pekan ini, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin mengatakan kepada Kompas bahwa AS merombak pos-pos militernya di luar negeri.

AS memberi perhatian lebih pada Asia Pasifik, terutama pada dinamika di Laut China Selatan. Di wilayah kaya sumber daya alam itu, China tengah bersitegang dengan sejumlah negara. Pokok ketegangan adalah saling klaim wilayah oleh beberapa negara.
 Kompas
Asik perebutin selat aja, orang kita yang di samping selat aja diem-diem aja n cuek-cuek aja ama selatnya, selatnya aja yang ke Gr an.. hehe(canda)  Poskan Komentarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar