Tampilkan postingan dengan label TRAVEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TRAVEL. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 November 2012

Kuliner Ala Benhil, Gado Betawi hingga Teh Tarik Aceh

foto: republika
Bagi Anda yang ingin mencoba beragam masakan Indonesia, bisa mampir ke kawasan Bendungan Hilir (Benhil) di Jakarta Pusat. Daerah ini bisa disebut Indonesia mini karena sejumlah masakan khas daerah dapat dijumpai di sana.

Satu di antaranya gado-gado. Masakan khas Betawi yang cukup dikenal di daerah Benhil adalah buatan Bu Bambang. Gado-gado yang beroperasi sejak 1979 ini termasuk legendaris. Letaknya memang agak tersembunyi, agak masuk ke dalam.

Bu Bambang mengaku menghabiskan sekitar 60 kilogram kacang setiap hari. Gado-gado Bu Bambang yang dijual satu porsi Rp 13 ribu berlimpah bumbu dipadu sayuran segar.

Ini diakui Erwin Simanjuntak, pelanggan gado-gado Bu Bambang. "Kacangnya banyak sekali dan bumbunya banyak. Sehingga kalau kita beli gado-gado ini rasanya sayurnya seperti ditumbuk."

Menu kuliner lain di Jalan Benhil juga terdapat teh tarik khas Aceh. Dijual seharga Rp 13 ribu, teh tarik ini paling enak diseruput ditemani susu kental manis dan roti cane.

Belum lagi menu lain tak kalah enak, yakni rujak muaro Padang. Rujak ini banyak ditaburi bumbu dan kacang dan dijual seharga Rp 16 ribu satu porsi. "Kita lebih banyak kacang. Istimewanya ini bumbunya," tutur sang pedagang. liputan6

Menikmati Kopi Rasa Kuno

Jakarta: Latip Yulus mengaduk-aduk kopi campuran racikannya. Sesekali, ia mendekatkan hidungnya dan mencium uap aroma yang menguar dari cairan berwarna hitam pekat itu. "Kopi yang bagus aromanya tak terlalu kuat," begitu kata Ayouw, sapaan akrab Latip.

Bagi pria berusia 62 ini, membuat kopi bukan perkara yang mudah. Dia hanya mau meracik kopi dengan kualitas jempolan. Pria keturunan Tionghoa ini tak mau meracik kopi sembarangan yang dijajakan di pertokoan. Apalagi merasakan kopi instan sachet.

Di warung kopinya, Es Tak Kie, yang terletak di Jalan Pintu Besar 3, Gang Gloria, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Ayouw memang hanya menyediakan kopi berkualitas. Lima varian kopi dari Lampung, Toraja, dan Padang, dia campurkan. "Karena kalau diseduh satu-satu, rasanya kurang mantap," katanya menjelaskan.

Dibesarkan dari keluarga penjual kopi, membuat Ayouw tahu seperti apa kopi berkualitas jawara. Terlebih sudah 40 tahun lebih, dia berkecimpung meneruskan usaha yang dirintis kakeknya, Liong Kwie Tjong, sejak 1927 itu. "Saya selalu mencari kopi yang bagus, kalau tak bagus saya enggak mau," katanya sambil menggeleng.

Untuk menghasilkan campuran kopi istimewa itu, Ayouw juga hanya mau berbelanja kopi yang masih berbentuk biji. Sebab, jika sudah menjadi bubuk, kualitasnya diragukan. "Saya tak tahu itu campuran apa saja," ucapnya.

Untuk menyeduhnya pun, pria yang hampir seluruh rambutnya telah beruban ini punya trik tersendiri. Agar menghasilkan cita rasa yang maksimal, usai diberi air panas dan diaduk, gelas berisi kopi itu terlebih dahulu dia tutup. "Karena kalau enggak ditutup, enggak jadi kopinya," ujar dia.

Ayouw mesti menutup gelasnya sekitar sepuluh menit. Di sela itu, dia sesekali mengaduk-aduk kopi campurannya tersebut.

Dan benar saja, setiap kali diaduk, aroma yang keluar menjadi berbeda, semakin harum. Rasanya juga bertambah nikmat.

Usai melalui proses ini, kopi baru bisa diberi susu atau pun gula, sesuai selera pelanggan. Namun, tanpa diberi gula atau pemanis lainnya pun, kopi bikinan Ayouw sudah mengeluarkan sedikit rasa manis. "Rasanya pahitnya bikin nagih," kata Wulan, satu konsumen yang baru mencoba menikmati kopi itu.

Maka tak heran, meski pun kedai-kedai kopi modern banyak bermunculan di Jakarta, warung kopi Ayouw masih punya banyak pelanggan. Menurut dia, pelanggannya berasal mulai dari mahasiswa, dosen, guru, pegawai, sampai tukang ronda. Selain karena harga kopinya yang relatif lebih murah, yakni berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per gelas besar, mereka juga setia karena rasa kuno yang ditawarkan Ayouw. "Mereka kembali lagi ke sini karena bosan dengan kopi modern," katanya.

Apalagi, suasana kedai milik keluarga Ayouw yang dibuka dari jam 06.30 sampai 14.00 itu cukup mendukung suasana kuno ini. Meja dan kursinya, masih terbuat dari kayu. Usianya pun sudah puluhan tahun. "Sejak saya lahir, sudah pakai kursi kayu jati ini," ujarnya menambahkan.

Selain dari kalangan itu, penikmat kopi Tak Kie juga ada yang berasal dari golongan orang terkenal, seperti artis Widyawati, pebulu tangkis Lim Swie King, Menteri Pariwisata Marie Elka Pangestu, dan calon Gubernur Jakarta Jokowi. "Dulu sebelum pemilihan putaran pertama Jokowi ke sini," katanya sambil memperlihatkan foto Jokowi yang tengah menikmati kopi.tempo.co

Jelajah Dunia dengan Pesawat Tua

Yogyakarta : Pesawat DC3 merupakan pesawat angkut pada perang dunia ke dua digunakan untuk menjelajah dunia. Pesawat yang digunakan merupakan pesawat buatan 1942 yang tidak dimodifikasi. Semuanya masih manual. Alat-alat navigasi pun tidak ada yang baru.

"Tidak ada outopilot, pesawat dirancang kokoh untuk perang. Navigasinya sangat dasar," kata Christian Goezinne (63), salah satu dari 3 pilot yang menerbangkan CD3 di Bandar Udara Adisutjipto, Rabu, 7 November 2012. Christian sudah mempunyai jam terbang selama 18 ribu jam terbang.

Pesawat dengan satu mesin ini hanya mampu terbang di ketinggian di bawah 13 ribu kaki. Karena tidak ada navigator radar yang canggih, maka pilot harus waspada jika ada badai di langit. "Kami harus selalu waspada karena tidak ada autopilot," kata dia.

Hingga tiba di Yogyakarta, pesawat tua itu sudah terbang selama 60 jam sejak berangkat dari Inggris pada 25 Oktober lalu.

Meskipun sistem navigasi sangat dasar dan tanpa ada autopilotnya, namun pesawat itu interiornya sudah dibuat nyaman. Dari tempat duduk, ada stereo set dan kenyamanan lainnya.

Rute yang ditempuh oleh pesasat uzur itu mulai dari Lympne (Inggris) - Marseille (Prancis) - Brindisi (Italia) - Larnaca (Cyprus) - Amman (Yordania) - Kuwait - Muscat (Oman) - Karachi (Pakistan) - Agra (India) - Rangoon (Myanmar) - Penang (Malaysia) - Selatar (Singapura) - Yogyakarta - Kupang - Darwin - Mt. Isa - Longreach - Brisbane - Northfolk Island (Australia) - Auckland (Selandia Baru).

Menurut jadwal, para kru pesawat dan penumpang akan tiba di Auckland pada 14 November. Karena pesawat itu sudah tua, setiap singgah di bandar udara harus diperiksa, baik mesin maupun baling baling secara manual. Sebab, tidak ada peralatan yang bisa memantau kerusakan secara otomatis (computerized). Setiap singgah pula, kru pesawat mengisi bahan bakar.

Jelajah dunia dengan pesawat tua itu untuk napak tilas perjalanan pilot perempuan Jean Batten pada 1936. Ia menjelajah dari Inggris menuju Selandia Baru selama 11 hari 45 menit. Namun, pesawat yang untuk napak tilas ini bukanlah peaswat yang digunakan oleh Jean.

"Pesawat Jean lebih tua 10 tahun," kata Paul Bazeley, salah satu pilot muda asal Inggris yang ikut menerbangkan DC3, yang di Indonesia dikenal dengan Dakota.

Meskipun lokasi star dan finish sama dengan rute Jean Batten, namun peswat untuk napak tilas ini berbeda lokasi transit di bandaranya. Rute Jean Batten waktu menjelajah dunia adalah Lympne - Marseille - Brindisi - Cyprus - H3 landing ground (Syrian Desert) - Basra - Karachi - Allahabad - Akyab - Penang (Malaysia) - Singapore - Rambang - Kupang - Darwin - Brunette Downs - Longreach - Charleville - Sydney (Australia) - Auckland (Selandia Baru).

Indonesia juga mempunyai pesawat sejenis pada 1948, yaitu Dakota RI 001. Pesawat itu diberi nama Dakota Seulawah. Ini pesawat angkut pertama kali yang dimiliki oleh Indonesia pemberian rakyat Aceh.
tempo.co

7 Film Inspiratif Wisata Indonesia

Jakarta:Adegan Ibu Muslimah, Ikal, Lintang, Akiong, dan teman-temannya menunggu pemandangan matahari tenggelam di antara batu-batu granit raksasa di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung, menjadi adegan terindah film Laskar Pelangi.

Cuplikan itu sukses menginspirasi banyak orang datang wisata ke Pulau Belitung. Padahal pulau ini sebelumnya tidak banyak dikenal sebagai tempat tujuan wisata.

Ada pula tayangan Elizabeth Gilbert bersepeda di jalanan persawahan Monkey Forest, Ubud, dalam film Eat, Pray, Love.  Adegan itu menjadi satu di antaranya adegan terindah yang membuat para penontonnya penasaran ingin berfoto-foto di lokasi itu kalau berkunjung ke kawasan wisata Ubud, Bali.

Film memang sangat efektif untuk semakin mempopulerkan sebuah lokasi wisata, ataupun mengangkatnya dari yang sebelumnya tidak dikenal. Berikut 7 film yang sukses mempopulerkan sebuah lokasi wisata di Indonesia. Tidak semua film laris, ada juga film dokumenter.

1. Ubud, Uluwatu, dan Kintamani, dalam Eat, Pray, Love (2010)

Tiga sisi keindahan Bali yang dieksplorasi film. Pertama, Bali wilayah pedalaman dengan tempat-tempat syuting; Danau Batur, Kintamani; persawahan dan teras siring Tegallalang; Monkey Forest, Ubud; dan jalan-jalan pedesaan Ubud yang asri.

Kedua masyarakat dan budaya Bali; yakni rumah tokoh spiritual Ketut Liyer, pembimbing rohani Elizabeth Gilbert (Julia Robert) di Denpasar; rumah penjual obat tradisional Wayan (Christine Hakim); dan pasar kerajinan di Denpasar.

Ketiga, pantai-pantai terindah Bali; yakni Pantai Padang Padang, Pecatu, Uluwatu; Pura Pecatu, Uluwatu; dan Pelabuhan Tanjung Benoa, Nusa Dua. Tanyakan pada guide setempat, situs-situs film Eat, Pray, Love, mereka akan siap mengantar Anda ke lokasi-lokasinya. Tak hanya bercerita Bali, film ini juga berlatar India, dan Italia. Karya sutradara Ryan Murphi. Kisahnya diambil dari novel best seller berjudul sama karya Elizabeth Gilbert.

2. Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, dalam Laskar Pelangi (2008)

Tidak ada yang menyamai keunikan dan keindahan pantai-pantai Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, yang dihampari ribuan batu-batu granit raksasa di film karya Riri Riza itu. Selain pantai-pantainya, syuting film juga menunjukkan berbagai sisi keindahan Belitung lain, seperti kawah-kawah bekas penambangan timah, savana, denyut nadi kota Manggar, mercusuar Pulau Lengkuas yang legendaris, dan kehidupan kuliner Belitung yang terkenal dengan aneka masakan mie dengan julukan kota ‘seribu kedai kopi.’

Laskar Pelangi berkisah persahabatan sekelompok anak-anak Belitung dari sejak sekolah dasar hingga dewasa. Diambil dari novel laris berjudul sama karya Adrea Hirata. Sekuelnya, Sang Pemimpi (2010), juga berlatar Belitung. Kini tersedia banyak paket wisata Laskar Pelangi ke Belitung. Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan lebih dari 350 persen sejak novel dan film ini dirilis.

3. Kawah Gunung Ijen dan savana Taman Nasional Baluran dalam King (2009)

Ribuan rusa berlarian di savana dengan pohon-pohon kayu tua meranggas. Sekilas seperti tayangan National Geography tentang lanskap pedalaman Afrika. Tiga anak Guntur, Michele, dan Raden, mengendap-endap mengajak rusa bermain-main, spot di Taman Nasional Baluran.

Pada bagian lain, ketiga anak ini bermain-main di pinggir Puncak Kawah Gunung Ijen, yang dipenuhi kabut Belerang dan lalu lalang penambang belerang tradisional. Dua spot berkesan dari film yang bercerita tentang Guntur, seorang anak desa yang berjuang menjadi pemain badminton dunia. Pengambilan gambar dengan helikopter membuat film ini dipenuhi dengan pemandangan-pemandangan indah.

Film garapan Ari Sihasale ini menginspirasi wisatawan mengunjungi kawasan dingin Gunung Ijen, Jawa Timur, yang dipenuhi dengan perkebunan kopi, penghasil kopi termahal di dunia, Kopi Luwak. tempo.co

Pelabuhan Terbesar di Dunia

Bernama Marina Bay Cruise Centre, kini negara Singapura resmi mempunyai pelabuhan kapal pesiar terbesar di dunia. Pelabuhan ini dibuka sejak pertengahan Oktober.

Dilansir dari AFP, Senin (29/10), Marina Bay Cruise Centre dioperasikan oleh dua perusahaan antara Singapore Airport Terminal Services dan Eropa Creuers del Port de Barcelona.

Pelabuhan ini mampu menampung kapal seberat hingga 220.000 ton dengan kedalaman maksimum 360 meter.

Dengan air yang lebih dalam, cerukan besar, dan tiadanya pelarangan ketinggian, terminal ini bisa mengakomodasi generasi kapal pesiar terbaru seperti kapal kelas Royal Caribbean.

kepala eksekutf gabungan usaha, Melvin Vu mengemukakan, pelabuhan ini dibangun dengan menghabiskan dana sebesar US$409 juta (Rp3,9 triliun).

"Dengan pembukaan pelabuhan terbesar ini maka memantapkan posisi Singapura sebagai tempat berlabuh menarik bagi kapal-kapal pesiar karena fasilitas modernnya dan kedekatannya dengan Bandara Changi," ujar Vu. Ghiboo.com