Tampilkan postingan dengan label FINANCIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FINANCIAL. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Februari 2013

Bos Google Makin Tajir, Jual Saham Rp 23 Triliun

 Apakah anda ingi setajir bos yang satu ini ? Chairman Google Eric Schmidt dilaporkan bakal menjual separuh saham miliknya yang ada di raksasa mesin pencari tersebut. Bila deal, tentu saja Schimdt akan mendapatkan dana segar dalam jumlah yang sangat besar.

Dalam dokumen Securities and Exchange Commision (SEC) terungkap, sekitar 42% atau 3,2 juta lembar saham milik Schimdt berencana untuk dilepas. Dengan jumlah tersebut, Schimdt setidaknya dapat meraup dana USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 23,7 triliun.

Pun demikian, Dijualnya saham milik Schimdt tidak akan mempengaruhi posisi eksekutif kawakan tersebut. Sebab dia masih memiliki 4,4 juta lembar saham dari total 7,6 juta saham yang dimilikinya.

Dikutip detikINET dari Guardian, Senin (11/2/2013), aksi penjualan ini tak lepas dari rencana Google memberikan apa yang disebut 'individual asset diversification and liquidity'.

Menurut SEC, penjualan saham tersebut akan dilakukan bertahap di tahun ini agar tidak mempengaruhi harga saham perusahaan.

Tahun lalu, majalah Forbes memperkirakan kekayaan Schmidt mencapai USD 7,7 miliar. Alhasil, jika penjualan sahamnya berjalan lancar, Schimdt dipastikan bakal semakin tajir, bahkan bisa menyaingi duo pendiri Google -- Sergey Brin dan Larry Page -- yang masih lebih lebih kaya dari Schmidt untuk sekarang ini.

Schmidt sendiri pernah bekerja di Bell Labs, Xerox dan Sun Microsystems, ia menghasilkan sebagian besar kekayaannya di Google.

Rabu, 26 Desember 2012

Jangan Pernah Punya Satu Investasi di Tempat yang Sama

Hari gini belum punya Investasi...Tak dipungkiri uang sangat memengaruhi kehidupan. Pasalnya semakin tinggi gaji, belum tentu menyisihkan banyak sisa. Mengingat gaya hidup dan kebutuhan semakin meningkat.

Meski demikian, orangtua tidak boleh mengabaikan dana pendidikan anak. Sisihkan uang gaji sejak awal kelahiran. Jika tak ingin "ribet" dengan investasi, kita dapat memulainya dari hal kecil.

Menurut Fitriavi Noeriman, seorang perencana keuangan dari QM Financial mengatakan investasi pendidikan anak dapat dimulai dari tabungan. Tabungan ini bisa digunakan sebagai dana pendidikan anak ketika mereka duduk di taman kanak-kanak (TK). Anak duduk di bangku SD, sebaiknya orangtua memiliki dana pendidikan dalam deposito. Anak SMP, orangtua dapat berinvestasi emas dan atau logam mulia. Menginjak SMA, sebaiknya orangtua memiliki instrumen investasi reksadana campuran atau saham, karena untuk persiapan dana pendidikan anak kuliah.

"Sebaiknya jangan punya satu investasi di tempat yang sama. Kita bisa mengakalinya investasi emas dan reksadana saham. Jika saham turun, nilai emas naik," tutur Fitri saat ditemui Tribunnews.com belum lama ini.

Berikut ini, Fitri memaparkan plus dan minus asuransi pendidikan, tabungan pendidikan, dan reksadana.
- Tabungan: memiliki jangka waktu, teratur, disiplin, jaminan hasil, tetapi tidak cocok bagi jangka panjang, karena bunganya hanya dua persen.

- Asuransi Pendidikan: mendapat benefit tambahan asuransi dan jaminan hasil, tetapi nilai tunai yang dijaminkan tidak sesuai dengan tujuan.

- Reksadana: return besar sehingga dapat mengalahkan inflasi, cocok berbagai jangka waktu, tetapi tidak mempunyai jaminan hasil dan fluktuatif.

Fitri juga memberikan penjelasan tujuan dan jangka waktu investasi, seperti yang telah disinggung di atas.
- Jangka waktu kurang dari tiga tahun: tabungan, deposito, ORI, dengan hasil investasi rata-rata nol persen.

- Jangka waktu kurang dari lima persen: reksadana pasar uang, dengan hasil investasi rata-rata lima persen.

- 5 tahun - 10 tahun: reksadana pendapatan tetap dan reksa dana campuran, emas, dan logm mulia, dengan hasil investasi rata-rata 10 tahun.

- 10 - 15 tahun: reksadana campuran dengan hasil investasi rata-rata 15 persen.

- Lebih dari 15 tahun: reksadana saham dengan hasil investasi rata-rata 25 persen.

"Untuk investasi, kita bisa belajar sendiri atau cari-cari info lewat website, bank, atau manajer investasi."

"Kita bisa berinvestasi asal cicilan tidak boleh lebih dari 30 persen dari total pendapatan, karena kondisi keuangan keluarga tidak sehat, bayar dulu cicilan, baru investasi

Apakah Seorang Ibu Bergaji Lebih Tinggi Daripada Wanita Tanpa Anak?

Mungkinkah tunjangan-tunjangan akan di peroleh? Penulis buku “The Richer Sex” Liza Mundy berbagi rahasia profesi yang lebih menguntungkan bagi seorang ibu. Berikut alasannya.

Pertama kalinya dalam sejarah, seorang ibu dalam beberapa profesi menerima pendapatan lebih tinggi. Pada konferensi 2011 Population Association of America, salah satu demografer dan sosiologis terkemuka, Anne McDaniel melaporkan bahwa dalam beberapa bidang, seorang ibu mempunyai pendapatan lebih dibandingkan wanita tanpa anak.

Alasan pastinya sulit diketahui, tetapi mungkin saja ini karena seorang ibu sangat produktif. Mereka tahu bahwa mereka harus menyelesaikan semua pekerjaan sebelum pulang pukul 18.00.

Dalam sebuah makalah di konferensi itu, penulis menggarisbawahi aspirasi wanita yang berubah sejak 1980. Profesi yang paling umum bagi wanita pada saat itu adalah guru. Sekarang bergeser menjadi pebisnis. Dan ini adalah yang paling menarik: kini biasanya tidak ada penalti terhadap gaji jika wanita memiliki anak. Dalam bidang sains, medis, dan hukum, wanita yang memiliki anak mendapat bayaran lebih daripada wanita tanpa anak, ketika mereka dibandingkan berdasarkan jam kerja.

Dalam bidang medis contohnya, wanita dengan anak mendapat gaji 9% lebih banyak. "Menikah dan memiliki anak diidentikkan dengan pendapatan lebih tinggi dibandingan dengan yang single dan tanpa anak dalam perhitungan matematika, ilmu fisika, teknis dan ilmu komputer, sains, medis, hukum, dan bisnis," demikian tulis mereka.

Dalam level pendidikan, umur, dan jam bekerja yang sama, "wanita dengan anak mendapat bayaran lebih dalam pekerjaan elit dibandingkan dengan wanita tanpa anak.”

Ini bukanlah hasil yang dibayangkan sebelumnya. Tapi masuk akal, khususnya jika Anda membayangkan, seorang ibu tunggal yang menghidupi seluruh keluarga.

Saya mewawancarai beberapa orang ibu yang yang mengatakan, memiliki anak membuat mereka lebih produktif dan serius. "Saat hamil, saya tidak bisa sering party atau hura-hura, jadi saya menjadi lebih fokus kuliah," ujar Diandra Pietro, seorang ahli diet yang menikah, dan memiliki anak pertamanya ketika masih kuliah. Menjadi ibu tidak membuatnya gagal, justru lebih produktif. "Saya lulus dengan cukup mudah," ujarnya.

Ketika wanita memosisikan dirinya sebagai pencari nafkah, mempunyai anak akan memberi motivasi bekerja lebih keras dan tidak boleh gagal. Ketika McDaniel ditanya apakah seorang ibu bisa mendapatkan bayaran tingkat tinggi, dia mengakui jika hal itu adalah masuk akal.